Friday, March 25, 2011

Untitled1--proyek iseng kala hujan

Siang yg kelam. Terik mentari yg biasanya menyengat seolah hilang tertelan gelap awan.

Gerutuan manusia masih saja terdenger. Dari cucian hampir kering yg harus dicuci lagi, harus mandi keramas lagi, batalnya rencana makan siang bersama pujaan hati, lupa bawa mantel, sampai penuh dan sumpeknya halte bis dan emperan toko yang mendadak berfungsi sebagai payung raksasa.

Oalaah, dasar manusia. Panas protes, hujan juga ngomel ngomel, maunya apa, toh? Tidak sadarkah kalau malaikat pengatur cuaca di surga lagi pusing tujuh keliling, menjambak rambutnya sendiri, mencakari wajahnya cantik karena frustasi mendengar tingkah polah gerutuan kalian? Poor little angel!

Disinilah aku, di lautan manusia depan sebuah toko mungil dengan interior unik yang menarik, menghindari air hujan yang mendadak tumpah dari langit. I can’t even see anything! Too crowded! Hey, stop moving around! You pushed me! Huh, beginilah derita cewek bertubuh kecil mungil, terdesak kesana kemari di tengah keramaian.

“Permisi, numpang lewat,”
Mendadak seorang cowok berkulit gelap membelah kerumunan. Benda besar berbulu merah muda—mungkin boneka beruang, atau boneka babi—di tangannya menunjukkan dia baru saja mnghabiskan berlembar lembar uang di toko mungil tersebut. Spontan logikaku berbicara, boneka sebesar gedung itu gimana bisa masuk ke toko mungil begini? Apa mungkin toko mungil itu punya semacam ruang rahasia untuk menyimpan boneka-boneka berukuran jauh dari normal?

Sebuah benda asing berbulu lembut yang membelai pipiku tiba tiba membuatku sadar dari imaginasi liar dan tidak hanya sadar tapi juga membuatku melompat—kaget—menjauh dan melihat ke arahnya. What the heck! Si benda besar berbulu merah muda itu mendadak ada di sebelahku. Hoo? Siapa nih yg punya? Masa nih benda bisa jalan jalan sendiri?


“Hehehe, kaget ya? Maaf deh!”  suara aneh terdengar dari balik boneka merah muda tersebut.

“Makhluk pink apa, nih?” tanyaku spontan.

“Kuda,” jawabnya sambil dengan bangga menunjukkan muka si boneka berbulu aneh bin ajaib tersebut. Jawaban yg membuatku melongo seketika. Pasalnya, itu boneka punya hidung dan telinga babi, berponi, berekor panjang, dan berkaki persegi panjang layak seekor kuda. Nah loh, susah kan membayangkannya?

“Buat ibumu ya?” tanyaku sekenanya. Insiden boneka kuda berhidung babi ini membuat otakku semakin gila dan berpikir ke arah yang tidak seharusnya. Mana ada cowok memberikan hadiah untuk ibunya sebuah boneka kuda berwarna pink dan berhidung babi? Coba bayangin, si ibu mendadak jadi keranjingan tidur meluk si boneka itu. Bisa langsung dimutilasi suaminya tuh.

“Bukanlah!”

“Trus buat sapa? Pacar ya?”

“Ya gitu..”

Obrolan terus bergulir begitu saja seiring derasnya hujan. Kadang saling menatap dalam diam, kadang melirik dan tersenyum tersipu, kadang terlihat tegang dan memanas, lalu tertawa terbahak bahak. Seperti hujan, kadang rintiknya jatuh dengan sangat manis, kadang berangin dan dingin, kadang derasnya mengguyur dengan sadis diikuti halilintar dan petir. Tapi hujan, selalu akan berakhir.

No comments:

Post a Comment